Subuh itu, hujan turun sangat derasnya. Padahal, saya harus menuju bandara Sultan Syarief Kasim sebelum pukul 5 subuh. Namun di luar, derasnya hujan belum memberikan tanda-tanda akan berhenti. Di rumah, saya tidak punya mobil sehingga yang dapat diandalkan hanya sepeda motor saja. Tentu saja pilihan satu-satunya adalah menggunakan taksi online agar bisa sampai bandara tepat waktu.
Saya ingat, itu adalah kali pertama saya merasakan arus balik mudik pasca lebaran Idul Fitri. Sempat kehabisan tiket pesawat untuk keberangkatan Selasa, satu hari sebelumnya, untungnya saya dapat tiket di hari berikutnya. Saya memilih penerbangan pukul 6 pagi karena pukul 10 di hari itu saya sudah harus masuk kerja. Mau tak mau semua resiko harus diambil.
Sempat takut perjalanan akan terlambat, seperti pesawat delay, macet pas sudah sampai di Jakarta, dan ketakutan lainnya. Tapi saya berusaha tenang. Sambil membawa ransel penuh di punggung, saya melangkah memasuki pesawat sambil berdoa agar bisa selamat hingga mendarat di Bandara Soekarno Hatta.
Sekitar pukul 07.40 WIB, saya dan pesawat Lion Air yang saya tumpangi mendarat dengan selamat. Segera saya bergegas menuju Stasiun KA Bandara Soekarno-Hatta. Untung tidak ada bagasi yang saya mesti tunggu.
Di stasiun tersedia Vending Machine, papan informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta dan pesawat. Jadi gampang buat lihat jadwal tanpa harus gelisah menunggu yang tak pasti #eh.
Perjalanan dari Stasiun KA Bandara Soetta ke stasiun KA Bandara BNI City hanya butuh waktu 40 menit saja. Ini tentu lebih efektif dibanding menggunakan taksi yang biasanya butuh waktu satu jam lebih. Belum lagi waktu yang habis di perjalanan akibat macet.
Perjalanan juga tak terasa melelahkan karena KA Bandara ini memang mengutamakan kenyamanan. Seiring waktu dalam perjalanan, rasa khawatir akan telat hilang dan saya mulai cukup tenang. Saya dapat dengan leluasa menikmati musik yang saya putar dari ponsel pintar.
Selama di bandara hingga di dalam kereta, semua informasi yang dibutuhkan penumpang tersedia, seperti waktu kedatangan, keberangkatan, di mana harus menunggu, dan sebagainya. Para petugas yang berjaga juga dengan ramah dan siaga membantu jika penumpang kesulitan.
Tidak sampai di situ saja. Saat sampai di Stasiun BNI City, saya tinggal berjalan kaki menuju stasiun KRL Sudirman yang berlokasi tak jauh dari BNI City.
Naik KRL jadi pilihan untuk penumpang yang ingin ke arah Tangerang, Serpong, atau Bogor. Sedangkan penumpang yang akan menuju Senayan, Bundaran HI, Blok M hingga Lebak Bulus dan sekitarnya, dapat menaiki MRT, naik dari stasiun Dukuh Atas. Bisa juga naik TransJakarta dari halte Taman Dukuh Atas atau Dukuh Atas 1.
Menurut berita, penumpang KA Bandara di Stasiun BNI City ini masih 6.300 penumpang. Pihak KA menargetkan penumpang mencapai angka 15.000 di tahun depan.
Sekarang moda transportasi di Jakarta sudah terintegrasi. Selain naik KRL, pilihan transportasi umum lain makin beragam. Untuk menuju kontrakan, saya memilih naik KRL karena lebih dekat aksesnya menuju tujuan.
Kira-kira, saya sampai di kontrakan sekitar pukul 9.20 menit. Cukup berganti pakaian saja, dan kurang dari jam 10 WIB saya sudah berada di kantor. Waaah, happy sekali!
Jujur saja saya senang melihat bagaimana moda transportasi kita tumbuh dan saling terintegrasi satu sama lain beberapa tahun terakhir. Perpindahan transportasi juga lebih memudahkan, lebih bersih, nyaman, serta tepat waktu. Untuk hal ini, kita harus berterima kasih pada kementerian perhubungan yang membuatnya semakin mudah dan nyaman.
Meskipun terburu-buru waktu, saya tetap merasa nyaman sehingga mood tetap terjaga. Inilah senangnya, waktu gak terbuang sia-sia hanya di perjalanan.
Saya rasa, masyarakat juga akan memilih menggunakan transportasi umum yang sudah terintegrasi ini jika sudah mencoba sekali. Kenyamanan yang diberikan membuat perjalanan semakin menyenangkan. Dengan begitu target penumpang pihak KA Bandara dengan mudah bakal tercapai.
Yuk, ikut rasakan kenyamanan dan keamanan transportasi kita. Jangan lupa follow sosial media kemenhub untuk mendapatkan update terbaru.
Intagram : https://www.instagram.com/kemenhub151/
Twitter : https://twitter.com/kemenhub151
Facebook: https://web.facebook.com/kemenhub151
Waah! Selama sekolah di jakarta dulu satu satunya mass transport yang pernah aku coba cuma damri raplaz ke soeta klo mau balik ke Pekanbaru. Seringkali lebih ngandelin burung biru karena alasan praktis dan masih ada uang saku dari orang tua. Haha
Wlopun udah stay for good di pekanbaru, ikutan seneng deh denger mass transport di Jakarta udah terintegrasi. Terakhir ke Jakarta bulan lalu, aku masih belum sempet icip naik MRT nya Jakarta nih. Next time klo ke ke Jakarta mau nyempetin waktu buat wisata transportasi publik ah.
Thank you for sharing Mba Tika!
Waaah iya sih, naik transportasi umum kalo emang punya banyak waktu luang dan ga mepet buru2 mba biar lebih santuy. Harus, ntar kabarin aja kalo ke sini mana tau butuh teman ngider Jakarta, aku siyapp menemani hihiw